Pada era Pembelajaran Abad 21, Mas Menteri Pendidikan Nadiem Makarim melakukan kebijakan baru pada program Merdeka Belajar, salah satunya adalah penerapan Pembelajaran berdifferensiasi.
Pembelajaran Berdifferensiasi dipopulerkan oleh seorang American educator bernama Carol Ann Tomlinson. Menurut Tomlinson (2000), Pembelajaran Berdiferensiasi (Differentiated Instruction) adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap peserta didik.
Setiap peserta didik mempunyai kebutuhan belajar yang beragam, untuk mengcover hal tersebut salah satu upaya agar tujuan pembelajaran bisa tercapai dengan maksimal yaitu dengan menerapkan metode yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.
Pernahkah menemui peserta didik yang mengalami motivasi menurun (the lack of motivation) ketika sedang belajar di kelas? Masalah ini sering kita temui di kelas namun kurang mendapat perhatian lebih. Padahal motivasi adalah salah satu kunci untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ada beberapa faktor yang menyebabkan motivasi peserta didik berkurang itu terjadi. Kebanyakan dari kita sebagai pendidik kadang hanya fokus pada peserta didik sebagai akar masalahnya. Namun, salah satu akar masalahnya terkadang adalah “diri kita sendiri”. Kurangnya inovasi dalam mengembangkan metode pembelajaran di kelas dapat menurunkan motivasi belajar peserta didik.
Seringkali kita harus menahan emosi ketika peserta didik di kelas tidak bisa diam. Beberapa menit sekali sering pamit untuk ke toilet. Ada yang pandangan terus fokus ke luar jendela.
Salah satu metode yang tepat untuk memfasilitasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan metode neighbourhood walk. Metode neighbourhood walk adalah metode yang diterapkan di luar kelas bahkan bisa di luar sekolah guna untuk meningkatkan motivasi peserta didik. Hal ini diharapkan juga mampu untuk memaksimalkan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dibuat. Pada pelaksanaannya peserta didik diajak untuk mengobservasi sesuatu sesuai dengan materi yang sedang diajarkan. Metode ini sangat sesuai bagi peserta didik dengan gaya kinestetik, tidak bisa diam, selalu ingin bergerak dan selalu izin ke toilet beberapa menit sekali. Metode ini bisa diterapkan oleh hampir semua mata pelajaran.
Pada mata pelajaran Bahasa Inggris salah satu materi yang sesuai untuk digunakan yaitu pada materi Describing things or people. Misalkan pada materi Describing Things, peserta didik secara berkelompok berkeliling untuk mencari benda yang ada di lingkungan sekolah.
Selama waktu jalan-jalan tersebut, peserta didik secara berkelompok berdiskusi mengenai ciri fisik dari benda yang akan dideskripsikan. Pendidik bisa menyiapkan beberapa pertanyaan sebagai pegangan mereka mengobservasi suatu benda. Misalkan yang dideskripsikan oleh peserta didik adalah telur gulung yang mereka temukan di kantin. Mereka harus mampu untuk menjawab beberapa pertanyaan mlalui observasi dan diskusi seperti :
What color is the egg roll? (apa warna dari telur gulung tersebut?)
What is it made of? (Telur gulung tersebut terbuat dari apa?)
What does it look like? (Seperti apa bentuknya?) Dan lain lain.
Hal sederhana mengenai telur gulung namun berarti “advance learning” bagi kita sebagai pendidik karena pembelajaran tersebut bersifat kontekstual.
Bukankah sejatinya tujuan pendidik memberikan materi agar mereka bisa mengaplikasikan materi tersebut pada kehidupan sehari-hari mereka?
Buat apa mengajar materi berdasarkan buku paket jika peserta didik kebingungan menerapkan pada kehidupan mereka?
Pertanyaan mendasar seperti itu sering saya jadikan refleksi diri sebagai pendidik pada era pembelajaran abad-21.
Semangat untuk terus belajar demi menjadikan peserta didik menjadi SDM unggul dan berdaya saing di masa depan. Salam dari keluarga Spenma!
blog guru oleh : Tiara Ali, S.Pd